MANISNYA IMAN

HADITS MANISNYA IMAN

عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

Dari Anas, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tiga hal, barangsiapa memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman. (yaitu) menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari selainnya, mencintai seseorang semata-mata karena Allah, dan benci kembali kepada kekufuran sebagaimana bencinya ia jika dilempar ke dalam api neraka

 Iman adalah suatu yang abstrak. Tidak terlihat oleh panca indera. Tetapi dia memang betul2 ada. Dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang mempunyai iman atau yg lbh dikenal dengan ORANG BERIMAN. Dan tidak semua orang beriman bisa menikmati iman yang dimilikinya. Mengapa bisa demikian? Orang beriman bertingkat- tingkat. Lebih enaknya pembahasan ini dg menggolongkan orang beriman menjadi dua yang pertama orang beriman yang belum bisa merasakan iman(manis) dan yang kedua orang beriman yang sudah bisa merasakan iman. Menurut pendapat salaf bahwa orang yg masuk kelompok yg pertama adalah termasuk orang yg merugi. Dia punya fasilitas iman yang ada tetapi fasilitas iman tidak/ blm pernah dia rasakan nikmatnya fasilitas yg ada. beda sekali dg org yg memang tdk punya fasilitas iman (kafir). dia tentu tidak bisa merasakan nikmatnya fasilita imam. memang dia gk punya fasilitasnya. lumrah saja. alangkah ruginya orang punya tetapi tidak pernahbisa memanfaatkannya.

Makanya sebagian salaf ada yang berkata:

مَسَاكِيْنُ أَهْلِ الدُّنْيَا خَرَجُوا مِنْهَا وَمَا ذَاقُوا أَطْيَبَ مَا فِيهَا. قِيلَ: وَمَا أَطْيَبُ مَا فِيهَا؟ قَالَ: مَحَبَّةُ اللهِ وَمَعْرِفَتُهُ وَذِكْرُهُ

“Orang-orang miskin dari ahli dunia adalah mereka yang meninggalkan dunia, namun belum merasakan apa yang terlezat di dunia.”

Manisnya iman adalah surga di dunia

Ibnul Qayyim berkata, “Aku mendengar syaikhul islam Ibnu Taimiyah  berkata:

إِنَّ فِي الدُّنْيَا جَنَّةً، مَنْ لَمْ يَدْخُلْهَا لاَ يَدْخُلُ جَنَّةَ الْآخِرَةِ

“Sungguh, di dunia ada surga, siapa yang belum memasuki surga di dunia itu, ia tidak akan masuk surga di akhirat.” (Madarijus Salikin)

Ibrahim bin Adham berkata:
لَوْ عَلِمَ الْمُلُوكُ وَأَبْنَاءُ الْمُلُوكِ مَا نَحْنُ فِيهِ لَجَالَدُونَا عَلَيْهِ بِالسُّيُوفِ
“Seandainya para raja dan para pangeran mengetahui kebahagiaan yang sedang kita rasakan, niscaya mereka akan merebut itu dari kita dengan pedang-pedang mereka.” (Hilyatul Auliya 7/370)

Ada yang bertanya, “Kenikmatan apakah yang paling lezat di dunia?” Dijawab, “Mencintai Allah, mengenal-Nya dan mengingat-Nya.”

Mawas Diri

Apakah kita sudah merasakan nikmat tatkala melakukan ibadah dan ketaatan? Atau justru merasa terbebani dan cepat-cepat ingin menyelesaikannya?

Apakah kita bisa menanggung kesusahan dan musibah yang kita terima di jalan-Nya? Atau justru mengeluh dan dongkol kepada-Nya?

Kalau memang kita sudah merasakan nikmat tatkala menaati-Nya dan rida menerima musibah di jalan-Nya, berarti tandanya kita sudah mencecap manisnya iman.

Tapi kalau kita merasa bahwa ibadah itu susah, taat itu berat dan bersabar itu sukar, berarti tandanya kita belum merasakan manisnya iman. Kalo boleh diringkas maka bahwa orang yg sehat (rohani) yg dapat menikmati manisnya iman. Ini golongan orang beriman yg kedua. Dan orang yang sakit (rohani) yg tidak dapat merasakan manisnya iman. Mengapa bisa demikian? iya. Bagaimna mungkin orang sakit gigi bisa merasakan nikmatnya hidangan sate yg lezat? gak mungkinlah . kecuali bila sakitnya sudah hilang (pulih sehatnya) baru bisa merasakan nikmatnya hidangan sate. Semoga kita termasuk golongan yang kedua tadi. Amin.

Cara Menggapai Manisnya Iman

Dari Anas bin Malik رضي الله عنه dari Nabi  صلى الله عليه وسلم wasallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ: أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سَوَاهُمَا، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إلاَّ لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

“Tiga sifat yang jika ada pada diri seseorang, niscaya ia akan meraih manisnya iman: (1) Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, (2) ia mencintai seseorang, tidaklah mencintainya melainkan karena Allah, (3) ia membenci untuk kembali kepada kekafiran—setelah Allah menyelamatkannya darinya—sebagaimana ia benci apabila dilempar ke dalam api. ” (HR. Bukhari Muslim)

Dalam hadits ini Rasulullah menyebutkan tiga sifat yang dengannya seorang mukmin mendapatkan manisnya iman.

<1> Sifat pertama yaitu mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan terhadap yang lain. Baik itu keluarga maupun harta atau yang lainnya.

Nabi  صلى الله عليه وسلم bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak akan sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia.” (HR. Bukhari Muslim)

Siapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaannya kepada segala sesuatu, niscaya merasakan kebahagiaan dan mengecap lezatnya iman.

Sebaliknya, siapa yang mencintai selain Allah dan Rasul melebihi kecintaannya kepada keduanya, niscaya ia akan merasakan kesengsaraan.

{Katakanlah, “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. } (QS. At-Taubah: 24)

Ayat ini menunjukkan ancaman bagi orang yang mencintai mereka semua melebihi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Karena itu, siapa yang melanggar larangan Allah karena menuruti kemauan penguasa, berarti ia lebih mencintai penguasa dibandingkan Allah. Makanya ia tak akan merasakan manisnya iman melainkan pahitnya hukuman…

Dan siapa yang melalaikan perintah Allah karena menuruti kemauan orang tua, berarti ia lebih mencintai orang tuanya dibandingkan Allah. Makanya ia tak akan merasakan manisnya iman melainkan pahitnya hukuman…

Begitu juga, siapa yang mendahulukan pendapat dirinya, gurunya dan orang tuanya di atas firman Allah dan sabda rasul-Nya, berarti ia lebih mencintai mereka semua dibandingkan Allah dan Rasul-Nya. Makanya ia tak akan merasakan manisnya iman melainkan pahitnya hukuman…

Begitu pula, siapa yang melakukan bidah berarti ia lebih mencintai ‘ijtihad’nya dibandingkan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Makanya ia tak akan merasakan manisnya iman melainkan pahitnya hukuman…

<2> Sifat kedua yaitu mencintai karena Allah.

Siapa yang mencintai seseorang karena keimanan orang tersebut dan ketaatannya, niscaya ia akan merasakan manisnya iman. Sebaliknya, siapa yang mencintai seseorang karena semata-mata alasan duniawi atau materi, maka tidak akan merasakan manisnya iman…

Siapa yang mencintaimu karena sesuatu, maka tatkala sesuatu itu hilang, ia tak akan mencintaimu lagi…

Siapa yang mencintaimu karena duniamu, maka tatkala duniamu hilang, niscaya ia akan tak akan bisa mencintaimu karena kemiskinanmu

Siapa yang mencintaimu karena jabatanmu, maka ia akan meninggalkanmu tatkala engkau dipecat!

<3> Membenci sesuatu karena Allah

Mengapa dalam ajaran islam juga ada ajaran membenci ya? Memangnya ada apa dengan membenci. Dengan membenci thdp sesuatu yg dibenci Allah akan memantapkan rasa cinta trhadap Dzat yang dicintai. Membenci bisa menumbuhkan kecintaan. Dg catatan yg dibenci adalah sesuatu yg dibenci Allah.

 

 

Leave a comment