TAFSIR ABASA (2)

قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣ – See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-abasa.html#sthash.S2C6OYLC.dpuf
قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣ – See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-abasa.html#sthash.S2C6OYLC.dpuf

قُتِلَ الإنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (١٧) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (١٨) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (١٩) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (٢٢) كَلا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (٢٣ – See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-abasa.html#sthash.S2C6OYLC.dp

u42)

 قُتِلَ الْإِنْسَانُ مَا أَكْفَرَهُ (17) مِنْ أَيِّ شَيْءٍ خَلَقَهُ (18) مِنْ نُطْفَةٍ خَلَقَهُ فَقَدَّرَهُ (19) ثُمَّ السَّبِيلَ يَسَّرَهُ (20) ثُمَّ أَمَاتَهُ فَأَقْبَرَهُ (21) ثُمَّ إِذَا شَاءَ أَنْشَرَهُ (22) كَلَّا لَمَّا يَقْضِ مَا أَمَرَهُ (23) فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ (24) أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا (25) ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا (26) فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا (27) وَعِنَبًا وَقَضْبًا (28) وَزَيْتُونًا وَنَخْلًا (29) وَحَدَائِقَ غُلْبًا (30) وَفَاكِهَةً وَأَبًّا (31) مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ (32) فَإِذَا جَاءَتِ الصَّاخَّةُ (33) يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ (37) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ مُسْفِرَةٌ (38) ضَاحِكَةٌ مُسْتَبْشِرَةٌ (39) وَوُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ عَلَيْهَا غَبَرَةٌ (40) تَرْهَقُهَا قَتَرَةٌ (41) أُولَئِكَ هُمُ الْكَفَرَةُ الْفَجَرَةُ

Tafsir Ayat 17 – 32 [3]
Selanjutnya, kembali Allah SWT membicarakan tentang hari akhir, yakni hari kebangkitan.                                                                        Binasalah manusia: Apakah yang menjadikan seseorang itu kafir atau dusta kepada hari kebangkitan? (Al-Baghwani dari Muqatil dan al-Kalby)  Sungguh alangkah terlaknatlah ia (Qatadah),   ia adalah jenis manusia pendusta karena banyaknya ia melakukan kedustaan tanpa memiliki sandaran, bahkan ingin menjauhi kebenaran tanpa didasari pengetahuan (Abu Malik).
Allah SWT memberikan argumentasi dengan dua hal: penciptaan manusia (ayat 18-23) dan makanan yang dimakan manusia (ayat 24-32).
Dari apakah manusia diciptakan? Dari setetes air mani yang hina (77:20).                                                                                                            Allah menciptakannya melalui tahapan-tahapan yang rumit: 250 juta sel sperma memancar dari sulbi laki-laki tapi yang berhasil bertemu dengan sel telur dari taraib perempuan hanya satu sel saja [8] lalu Allah menentukan ajalnya, rizkinya, perbuatannya dan baik-buruknya sebagaimana disebutkan dalam hadits ke-4 Arba’in An-Nawawi [7].

Kemudian Allah memudahkan jalannya (ayat 20):
o Memudahkan untuk keluar dari perut ibunya (Al-Aufi dari Ibnu Abbas, Ikrimah, Adh-dahhak, Abu Shaleh, Qatadah & As-Saddi)
o Sama dengan firman Allah: “Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir” (76:3). Ini pendapat Mujahid, Al-Hasan dan Ibnu Zaid; ini pendapat yang kuat
Kemudian manusia mati dan dikuburkan serta membangkitkannya setelah kematian (ayat 21-22) sebagaimana disebutkan juga dalam surat 30:19-20 dan 2:259 (kisah tentang Nabi Uzair as atau Nabi Khidir as yang melewati Baitul Maqdis setelah dihancurkan oleh Bukhtanasar dan semua penduduknya dibunuh lalu salah seorang dari mereka, yakni Hizqil bin Bawar, dihidupkan lagi setelah mati selama 100 tahun [9]). Rasulullah SAW bersabda: “Tanah akan memakan seluruh bagian tubuh manusia kecuali tulang di bagian belakang dari tulang punggungnya,” para sahabat bertanya, “Bagaiamanakah bentuk dari tulang itu ya Rasulallah?” Beliau menjawab, “Seperti biji sawi dari tulang itulah kalian akan diciptakan kembali.” (HR. Bukhori-Muslim)
Allah SWT menegaskan bahwa manusia belum melaksanakan apa yang diperintahkanNya (ayat 23), maksudnya adalah:
o Orang kafir itu belum melaksanakan kewajiban yang Allah perintahkan kepadanya (Ibnu Jarir)
o Selama-lamanya seorang manusia tdk akan bs menunaikan slrh kewajibannya yang dibebankan kepadanya (Mujahid & Al-Hasan)
o Untuk menghidupkan kembali tidak dilakukan sekarang hingga habis masa yang telah Allah takdirkan bagi manusia, dan Allah telah memerintahkan untuk terlaksananya takdir itu dan jika tiba masa yang ditentukan tersebut maka Allah akan membangkitkan dan mengembalikan manusia kepada bentuk semula (Ibnu Katsir).                                                                                                                              Telah diriwayatkan Ibnu Abi Hatim dari Wahab bin Munabbih, ia berkata, berkata Uzai as: “Telah berkata Raja’ bin Haiwah yang datang kepadaku, ‘Sesungguhnya kuburan itu adalah perut bumi, dan sesungguhnya bumi itu adalah induk dari penciptaan, maka jika Allah menciptakan sesuatu yang Dia kehendaki kemudian sesuatu yang diciptakan itu akan binasa bersamaan dengan habisnya masa para penghuni kubur di dalam kuburnya sesuai dengan waktu yang telah Allah tentukan, bumi akan memuntahkan semua isinya dan kuburan akan mengeluarkan apa yang ada di dalamnya’.”
Kemudian Allah SWT menampilkan argumentasi kedua tentang kebangkitan: makanan yang dimakan manusia yang berasal dari bumi yang tumbuh dari padanya berbagai macam tanaman yang bisa dimakan manusia dan binatang. Allah-lah yang telah menurunkan air, kemudian air itu masuk ke celah-celah biji-bijian yang ada di dalam bumi, lalu biji-bijian (al-habbu) itu tumbuh dan tinggi hingga nampak ke permukaan bumi. Juga ditumbuhkan buah anggur (al-‘inabu), al-qadhbu: makanan binatang (Al-Hasan) atau rerumputan yang biasanya dimakan binatang dalam keadaan basah (Ibnu Abbas, Qatadah, Adh-Dhahhak dan As-saddi), zaitun (kulit yang diperas kemudian air perasannya dapat menjadi minyak untuk lentera) dan nakhlun (korma yang dapat dimakan selagi basah atau kering atau dalam keadaan mentah dimasak kemudian diperas untuk diminum airnya dan sisa perasannya dapat dimakan pula).                                                                                                                                                                                                   Allah menciptakan kebun-kebun yang ghulba:
o Tebal dan banyak buahnya (Al-Hasan dan Qatadah)
o Segala sesuatu yang mengelilingi dan berkumpul (Ibnu Abbas dan Mujahid)
o Pohon yang dapat dijadikan tempat berteduh (Ibnu Abbas)
o Kebun-kebun yang pohon-pohonnya besar dan panjang (Ali bin Abi Thalhah dari Ibnu Abbas)
o Pohon yang tebal di tengah-tengahnya (Ikrimah)
Allah menjadikan al-fakihah dan al-abbu. Al-fakihah adalah:
o Segala sesuatu yang mendatangkan kesenangan dari buah-buahan
o Segala sesuatu yang dimakan dalam keadaan basah (Ibnu Abbas)
o Untuk anak Adam (Mujahid, Al-Hasan dan Qatadah dari Ibnu Zaid)
Sedangkan al-abbu adalah:
o Segala sesuatu yang tumbuh dari bumi yang dimakan hewan dan tidak dimakan manusia (Ibnu Abbas)
o Al-kala’u: rumput basah atau kering (Mujahid, Sa’id bin Jubair dan Abu Malik)
o Untuk hewan (Mujahid, Al-Hasan dan Qatadah dari Ibnu Zaid)
o Segala sesuatu yang tumbuh di permukaan bumi (‘Atha)
o Segala yang tumbuh di bumi selain buah-buahan (Adh-Dhahhak)
o Tumbuhan bumi yang dimakan manusia (Ibnu Idris)
o Segala sesuatu yang tumbuh dari bumi yang dimakan manusia dan hewan (Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas)
o Rumput basah dan kering serta tempat menggembala hewan (Al-Aufi)

Leave a comment